hai hai hai . welcome to schooledukasiblog.blogspot.com yang tentunya berisi sebuah EDUKASI buat kita jadi buat kamu2 silahkan jangan lupa tuk kunjungi blog ane ini OK !!! oh, ia lupa ukuran spasi makalah dibawa ini sama seperti asli saat di microsoft word, jadi Temen2 bisa langsung memindahkannya dengan mudah .
KERAJAAN MATARAM ISLAM
Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran sejarah indonesia
LOGO SEKOLAH KALIAN
Oleh :
1. Nama (no.absen) ketua
2. Nama (no.absen) Anggota
3. Nama (no.absen) Anggota
X-ILMU SOSIAL 1
MADRASAH ALIYAH
MA’ARIF UDANAWU BLITAR
28 Pebruari 2017
LEMBAR PENGESAHAN
Nama nama di bawah ini:
1.
Nama (no.absen) Ketua kelompok
2.
Nama (no.absen) Anggota
3.
Nama (no.absen) Anggota
Telah menyusun karya ilmiah dengan judul “ Kerajaan Mataram islam” , yang telah diketahui,
diperiksa dan diterima di MA Ma’arif
Udanawu hari Selasa tanggal 28 Pebruari 2017 oleh:
Guru
Mapel
ketua kelompok
(Di isi nama guru pembimbing) (nama ketua kelompok)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerajaan
Mataram Islam merupakan salah satu kerajaan islam terbesar yang ada dinusantara
khususnya di pulau jawa, yang berdiri pada tahun 1582 dan berpusat di sebelah
tenggara kota Yogyakarta, yakni Kotagede. kerajaan yang juga memiliki sebuah
pencapaian atau dapat di katakan sebuah prestasi yang cukup besar dengan
menyatukan kerajaan-kerajaan di pulau jawa .
Dan
juga dengan wilayah kekuasaan yang cukup luas yakni sampai ke kota Surabaya,
banyak situs-situs berupa peninggalan dari kerajaan ini yang bisa kita lihat
dan kita pelajari untuk menambah wawasan bagi pengetahuan kita tentang
kerajaan-kerajaan islam di pulau jawa khususnya kerajaan Mataram Islam .
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
sejarah berdirinya Kerajaan Mataram Islam dan siapa saja raja-raja yang pernah berkuasa ?
2.
Dimana
letak Kerjaan Mataram Islam ?
3.
Bagaimana
bentuk sistem pemerintahan kerajaan Mataram ?
4.
Apa
penyebab kerajaan Mataram Islam terpecah ?
5.
Apa
kemajuan dan prestasi kerajaan Matram ?
6.
Apa saja Peninggalan – peninggalannya ?
7.
Apakah
isi perjanjian Giyanti ?
8.
Isi
perjanjian Salatiga dan penyebabnya ?
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui tentang asal mula kerajaan Mataram Islam berdiri dan raja-raja yang
pernah berkuasa
2.
Mengetahui letak dari Kerajaan Mataram Islam .
3. Mengetahui
sistem pemerintahan
4.
Mengetahui penyebab kerajaan Mataram
Islam terpecah
5 Mengetahui kemajuan dan prestasi kerajaan
Mataram
6
.Mengetahui peninggalan – peninggalan
Kerajaan Mataram Islam.
7.
Mengetahui isi dari perjanjian gyanti
8.
Mengetahui penyebab penjanjian salatiga dan isinya
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Berdirinya Kerajaan Mataram Islam dan Raja-raja yang pernah
berkuasa
Raja-Raja
Mataram Islam :
1.Panembahan Senopati (1584-1601 M)
2. Mas Jolang atau Seda Ing Krapyak (1601- 1613 M)
3. Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma dan Sultan Agung Senopati ing alogo Ngabdurrahman (1613-1646 M)
4. Amangkurat I (1646- 1676 M)
5. Amangkurat II dikenal juga sebagai Sunan Amral (1677- 1703 M)
6. Sunan Mas atau Amangkurat III pada 1703 M
7. Pangeran Puger yang bergelar Paku Buwana I (1703-1719 M)
8. Amangkurat IVdikenal sebagai Sunan Prabu (1719-1727 M)
9. Paku Buwana II (1727-1749 M)
10. Paku Buwana III pada 1749 M pengangkatannya dilakukan oleh VOC.
1.Panembahan Senopati (1584-1601 M)
2. Mas Jolang atau Seda Ing Krapyak (1601- 1613 M)
3. Mas Rangsang dengan gelar Sultan Agung Hanyakrakusuma dan Sultan Agung Senopati ing alogo Ngabdurrahman (1613-1646 M)
4. Amangkurat I (1646- 1676 M)
5. Amangkurat II dikenal juga sebagai Sunan Amral (1677- 1703 M)
6. Sunan Mas atau Amangkurat III pada 1703 M
7. Pangeran Puger yang bergelar Paku Buwana I (1703-1719 M)
8. Amangkurat IVdikenal sebagai Sunan Prabu (1719-1727 M)
9. Paku Buwana II (1727-1749 M)
10. Paku Buwana III pada 1749 M pengangkatannya dilakukan oleh VOC.
Nama
Mataram berasal dari nama bunga, sejenis bunga Dahlia yang berwarna merah
menyala. Ada juga nama Mataram yang dihubungkan dengan Bahasa Sansekerta, Matr
yang berarti Ibu, sehingga nama Mataram diberi arti sama dengan kata Inggris,
Motherland, yang berarti tanah air atau Ibu Pertiwi.
Kerajaan
Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah
tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede. Awal berdirinya yaitu setelah kerajaan
Demak runtuh, kerajaan Pajang adalah satu-satunya kerajaan di Jawah Tengah .
namun Arya Panangsang keturunan kerajaan Demak adalah musuh yang kuat bagi
kerajaan Pajang . maka dari itu raja membuat sayembara barang siapa yang
mengalahkan Arya Panangsang akan diberi tanah di Pati dan Mataram .
Ada beberapa orang yang ikut salah satunya Ki
Pemanahan dan Ki Penjawi ( abdi prajurit Pajang ), namun yang dapat mengalahkan
Arya Panangsang adalah anak dari Ki Pemanahan yakni Danang Sutawijaya dan juga
sebagai anak angkat Raja pajang .kemudian Kyai Juru Martani mengusulkan kedua
abdi pajang tersebut bahwa yang membunuh Arya panangsang adalah mereke berdua .
jadi Ki Ageng Pemanahan memperoleh tanah di Hutan mentaok dan Ki penjawi
memperoleh tanah di Pati .
Hutan Mentaok
itu dapat dirubah oleh Ki Ageng Pamenahan menjadi desa yang makmur, bahkan
lama-kelamaan menjadi kerajaan kecil yang siap bersaing dengan Pajang sebagai
atasannya. Setelah Pemanahan meninggal pada tahun 1575 ia digantikan putranya,
Danang Sutawijaya, yang juga sering disebut Pangeran Ngabehi Loring Pasar
karena rumahnya yang berada di utara pasar . Sutawijaya kemudian berhasil memberontak
kepada Pajang. Setelah Sultan Hadiwijaya wafat (1582) Sutawijaya mengangkat
diri sebagai raja Mataram dengan gelar Panembahan Senapati. Pajang kemudian
dijadikan salah satu wilayah bagian dari Mataram yang beribukota di Kotagede.
Senopati bertahta sampai wafatnya pada tahun 1601. Selama pemerintahannya boleh
dikatakan terus-menerus berperang menundukkan bupati-bupati daerah. Kasultanan
Demak menyerah, Panaraga, Pasuruan, Kediri, Surabaya, berturut-turut direbut.
Cirebon pun berada di bawah pengaruhnya. Panembahan Senopati dalam babad dipuji
sebagai pembangun Mataram.
2.2
Letak Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram
berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di sebelah tenggara kota
Yogyakarta, yakni di Kotagede
Istana Kerajaan Mataram Islam bagian dalam di bangun
benteng dalam (cepuri) yangmengelilingi
kraton dan benteng luar (baluwarti) yang mengelilingi wilayah kota seluas ± 200
ha. Sisi luar kedua benteng ini juga di lengkapi dengan parit pertahanan yang
lebar seperti sungai.
Wilayah kekuasaan Mataram mencapai Jawa Barat
(kecuali Banten), Jawa Tengah, Jawa Timur, Sukadana (Kalimantan Selatan),
Nusa Tenggara. Palembang dan Jambi pun menyatakan vasal kepada Mataram.
2.3
Sistem pemerintahan Kerajaan Mataram Islam
Setelah Panembahan Senopati meninggal kekuasaannya
digantikan oleh anaknya yang bernama Mas Jolang atau Panembahan Seda Krapyak.
Jolang hanya memerintah selama 12 tahun (1601-1613), tercatat bahwa pada
pemerintahannya beliau membangun sebuah taman Danalaya di sebelah barat kraton.
Pemerintahannya berakhir ketika beliau meninggal di hutan Krapyak ketika beliau
sedang berburu. Selanjutnya bertahtalah Mas Rangsang, yang bergelar Sultan
Agung Hanyakrakusuma. ia juga memindahkan pusat kerajaan di Pered . Di bawah
pemerintahannya (tahun 1613-1645) Mataram mengalami masa kejayaan.
Ia diganti oleh putranya yang bergelar Amangkurat I.
Pemerintahannya yang berlangsung tahun 1645-1676 . Pada masa pemerintahannya
ibukota kerajaan Mataram dipindahkan ke Kerta. Pada tahun 1674 pecahlah Perang
Trunajaya yang didukung para ulama dan bangsawan, bahkan termasuk putra mahkota
sendiri. Ibukota Kerta jatuh dan Amangkurat I (bersama putra mahkota yang
akhirnya berbalik memihak ayahnya) kemudian ia mencari bantuan VOC sampai diTegalarum,
(dekat Tegal, Jawa Tengah) Amangkurat I jatuh sakit dan akhirnya wafat.
Ia digantikan oleh putra mahkota yang bergelar
Amangkurat II atau dikenal juga dengan sebutan Sunan Amral. Sunan Amangkurat II
bertahta pada tahun 1677-1703. Ia sangat tunduk kepada VOC demi mempertahankan
tahtanya.
Setelah Sunan Amangkuat II meninggal pada tahun
1703, Ia digantikan oleh anaknya yang bernama Sunan Mas (Sunan Amangkurat III).
Dia sangat menentang VOC. Karena pertentangan tersebut VOC tidak setuju atas
pengangkatan Sunan Amangkurat III sehingga VOC mengangkat Paku Buwono I
(Pangeran Puger). Pecahlah perang saudara (perang perebutan mahkota I) antara
Amangkurat III dan Paku Buwana I, namun Amangkurt III menyerah dan dibuang ke
Sailan oleh VOC. Paku Buwana I meninggal tahun 1719 dan diganti oleh Amangkurat
IV (1719-1727). Kembali pecah perang Perebutan Mahkota II (1719-1723. Sunan
Prabu atau Sunan Amangkurat IV meninggal tahun 1727 dan diganti oleh Paku
Buwana II (1727-1749). Pada masa pemerintahannya terjadi pemberontakan China
terhadap VOC.
Paku Buwana II memihak China dan turut membantu
memnghancurkan benteng VOC di Kartasura. VOC yang mendapat bantuan Panembahan
Cakraningrat dari Madura berhasil menaklukan pemberontak China. Hal ini membuat
Paku Buwana II merasa ketakutan dan berganti berpihak kepada VOC. Hal ini
menyebabkan timbulnya pemberontakan Raden Mas Garendi yang bersama pemberontak
China menggempur kraton, hingga Paku Buwana II melarikan diri ke Panaraga.
Ia memindahkan kraton ke Surakarta tahun 1744.
Setelah itu terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Raden Mas Said. Paku
Buwana menugaskan Mangkubumi untuk menumpas kaum pemerontak dengan janji akan
memberikan tanah di Sukowati (Sragen sekarang). Walaupun Mangkubumi berhasil
tetapi Paku Buwono II mengingkari janjinya sehingga akhirnya dia berdamai
dengan Mas Said. Mereka berdua pun melakukan pemberontakan bersama-sama hingga
pecah Perang Perebutan Mahkota III (1747-1755).
Paku Buwana II tidak dapat menghadapi kekuatan merea
berdua dan akhirnya jatuh sakit dan meninggal pada tahun 1749. Setelah kematian
Paku Buwana II VOC mengangkat Paku Buwana III. Pengangkatan Paku Buwana III
tidak menyurutkan pemberontakan, bahkan wilayah yang dikuasai Mangkubumi telah
mencapai Yogya, Bagelen, dan Pekalongan. Namun justru saat itu terjadi
perpecahan antara Mangkubumi dan Raden Mas Said. Hal ini menyebabkan VOC berada
di atas angin. VOC lalu mengutus seorang Arab dari Batavia (utusan itu diakukan
VOC dari Tanah Suci) untuk mengajak Mangkubumi berdamai.
Ajakan itu diterima Mangkubumi dan terjadilah apa
yang sering disebut sebagai Palihan Nagari atau Perjanjian Giyanti 1755. Mulai saat itulah Mataram dibagi dua, yaitu
Kasultanan Yogyakarta dengan raja Sri Sultan Hamengku Buwana I dan Kasunanan
Surakarta dengan raja Sri Susuhunan Paku Buwana III .
2.4 Terpecahnya Kerajaan Mataram Islam
Amangkurat I memindahkan lokasi keraton ke Pleret
(1647), tidak jauh dari Kerta. Selain itu, ia tidak lagi menggunakan gelar
sultan, melainkan "sunan" (dari "Susuhunan" atau "Yang
Dipertuan . Ia wafat di Tegalarum (1677) sehingga dijuluki Sunan Tegalarum. Kekacauan
politik dimulai pada Amangkurat II sampai Pakubuwana II dan baru dapat
diselesaikan pada masa Pakubuwana III setelah pembagian wilayah Mataram menjadi
dua yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta tanggal 13 Februari
1755. Berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah .
2.5 Kemajuan dan prestasi kerajaan Mataram
Mataram mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan Sultan Agung. Wilayah Mataram bertambah luas meliputi Jawa Tengah,
Jawa Timur, dan sebagian Jawa Barat. Sultan Agung di samping dikenal sebagai
raaja juga pemimpin agama .Pengaruh Mataram saampai ke Palembang, Jambi,
Banjarmasin, dan ke timur sampai Gowa Makasar. Pengaruh ini ditandai adanya
hubungan kerja sama dan saling mengirim utusan antara daerah-daerah tersebut
dengan Mataram. Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Sultan Agung meliputi
kemajuan di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
· Bidang
Politik
Kemajuan politik yang dicapai Sultan Agung adalah
menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa dan menyerang Belanda di Batavia.
· Penyatuan
kerajaan-kerajaan Islam
Sultan Agung berhasil menyatukan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa. Usaha ini
dimulai dengan menguasai Gresik, Jaratan, Pamekasan, Sumenep, Sampang,
Pasuruhan, kemudian Surabaya. Salah satu usahanya mempersatukan kerajaan Islam
di Pulau Jawa ini ada yang dilakukan dengan ikatan perkawinan. Sultan Agung
mengambil menantu Bupati Surabaya Pangeran Pekik dijodohkan dengan putrinya
yaitu Ratu Wandansari.
· Anti
penjajah Belanda
Sultan Agung adalah raja yang sangat benci terhadap penjajah Belanda. Hal ini
terbukti dengan dua kali menyerang Belanda ke Batavia, yaitu yang pertama tahun
1628 dan yang kedua tahun 1629. Kedua penyerangan ini mengalami kegagalan.
Adapun penyebab kegagalannya, antara lain:
1 Jarak yang terlalu
jauh berakibat mengurangi ketahanan prajurit mataram. Mereka harus menempuh
jalan kaki selama satu bulan dengan medan yang sangat sulit.
2 Kekurangan dukungan
logistik menyebabkan pertahanan prajurit Mataram di Batavia menjadi lemah.
3 Kalah dalam sistem
persenjataan dengan senjataa yang dimiliki kompeni Belanda yang serba modern.
4 Banyak prajurit
Mataram yang terjangkit penyakit dan meninggal, sehingga semakin memperlemah
kekuatan.
5 Portugis bersedia
membantu Mataram dengan menyerang Batavia lewat laut, sedangkan Mataram lewat
darat. Ternyata Portugis mengingkari. Akhirnya Mataram dalam menghadapai
Belanda tanpa bantuan Portugis.
6 Kesalahan politik
Sultan Agung yang tidak menadakan kerja sama dengan Banten dalam menyerang Belanda.
Waktu itu mereka saling bersaing.
7 Sistem
koordinasi yang kurang kompak antara angkatan laut dengan angkatan darat.
Ternyata angkatan laut mengadakan penyerangan lebih awalm sehingga rencana
penyerangan Mataram ini diketahui Belanda.
8 Akibat penghianatan
oleh salah seorang pribumi, sehingga rencana penyerangan ini diketahui Belanda
sebelumnya.
·
Bidang
Ekonomi
Kemajuan dalam bidang ekonomi meliputi hal-hal
berikut ini:
1 Sebagai
negara agraris, Mataram mampu meningkatkan produksi beras dengan memanfaatkan
beberapa sungai di Jawa sebagai irigasi. Mataram juga mengadakan pemindahan
penduduk (transmigrasi) dari daerah yang kering ke daerah yang subur dengan
irigasi yang baik. Dengan usaha tersebut, Mataram banyak mengekspor beras ke
Malaka.
2
Penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di pesisir Jawa tidak hanya menambah kekuatan
politik, tetapi juga kekuatan ekonomi. Dengan demikian ekonomi Mataram tidak
semata-mata tergantung ekonomi agraris, tetapi juga karena pelayaran dan perdagangan.
· Bidang
Sosial dan Budaya
Kemajuan dalam bidang sosial budaya meliputi hal-hal
berikut:
1. Timbulnya
kebudayaan kejawen
Unsur ini merupakan akulturasi dan asimilasi antara
kebudayaan asli Jawa dengan Islam. Misalnya upacara Grebeg yang semula
merupakan pemujaan roh nenek moyang. Kemudian, dilakukan dengan doa-doa agama
Islam. Saampai kini, di jawa kita kenal sebagai Grebeg Syawal, Grebeg Maulud
dan sebagainya.
2. Perhitungan Tarikh
Jawa
Sultan Agung berhasil menyusun tarikh Jawa. Sebelum
tahun 1633 M, Mataram menggunakan tarikh Hindu yang didasarkan peredaran
matahari (tarikh syamsiyah). Sejak tahun 1633 M (1555 Hindu), tarikh Hindu
diubah ke tarikh Islam berdasarkan peredaran bulan (tarikh komariah). Caranya,
tahun 1555 diteruskan tetapi dengan perhitungan baru berdasarkan tarikh
komariah. Tahun perhitungan Sultan Agung ini kemudian dikenal sebagai “tahun
Jawa”.
3. Berkembangnya
Kesusastraan Jawa
Pada zaman kejayaan Sultan Agung, ilmu pengetahuan
dan seni berkembang pesat, termasuk di dalamnya kesusastraan Jawa. Sultan Agung
sendiri mengarang kitab yang berjudul Sastra Gending yang merupakan kitab
filsafat kehidupan dan kenegaraan. Kitab-kitab yang lain adalah Nitisruti,
Nitisastra, dan Astrabata. Kitab-kitab ini berisi tentang ajaran-ajaran budi
pekerti yang baik.
Pengaruh Mataram mulai memudar setelah Sultan Agung
meninggal pada tahun 1645 M. Selanjutnya, Mataram pecah menjadi dua,
sebagaimana isi Perjanian Giyanti (1755) berikut:
·
Mataram Timur yang dikenal Kesunanan Surakarta di bawah kekuasaan Paku Buwono
III dengan pusat pemerintahan di Surakarta.
·
Mataram Barat yang dikenal dengan Kesultanan Yogyakarta di bawah kekuasaan
Mangkubumi yang bergelar Sultan Hamengku Buwono I dengan pusat pemerintahannya
di Yogyakarta.
Perkembangan berikutnya, Kesunanan Surakarta pecah
menjadi dua yaitu Kesunanan dan Mangkunegaran (Perjanjian Salatiga 1757).
Kesultanan Yogyakarta juga terbagi atas Kesultanan dan Paku Alaman. Perpecahan
ini terjadi karena campur tangan Belanda dalam usahanya memperlemah kekuatan
Mataram, sehingga mudah untuk di kuasai.
2.6
Isi Perjanjian Gyanti
Perjanjian Giyanti (1755). Isi perjanjian tersebut
adalah: Mataram dibagi menjadi dua. Bagian barat dibagikan kepada Pangeran
Mangkubumi yang diijinkan memakai gelar Hamengku Buwana I dan mendirikan Kraton
di Yogyakarta. Sedangkan bagian timur diberikan kepada Paku Buwana III. Mulai
saat itulah Mataram dibagi dua, yaitu Kasultanan Yogyakarta dengan raja Sri
Sultan Hamengku Buwana I dan Kasunanan Surakarta dengan raja Sri Susuhunan Paku
Buwana III.
2.7
Penyebab dan isi Perjanjian Salatiga
Yaitu perjanjian yang membagiSurakarta menjadi 2
bagian yaitu Kasunanan dan Mangkunegaran, Peranjian salatiga diadakan pada
tanggal 17 Maret 1757 di Salatiga . Penyebab perjanjian adalah sebagai solusi
dari keadaan perebutan kekuasaan untuk mengakhiri peperangan di Jawa antara
Raden Mas Said (pangera sumber nyawa) dengan pangeran Mangkubumi, VOC , Sunan
Pakubuwono III . dan perjanjian ini di
tandatangani di gedung VOC yang sekarang digunakan sebagai kantor Walikota
Salatiga ,
ISI
PERJANJIAN
pangeran Sumbernyawa mendapat separuh wilayah
Surakarta(4000 karya, mencakup beberapa daerah yang sekarang termasuk dalam
kabupaten Karangayar, eksklave di wilayah Yogyakarta i ngawen dan menjadi
penguasa kadipaten Mangkunegaran menggunakan gelar Mangkunegara 1. Dn penguasa
dari wilayah Mangkunegaran tidak berhak mendapat gelar Sunan atau Sultan dan
hanya berhak atas gelar Pangeran Adipati .
2.8 Peninggalan
– peninggalan Kerajaan Mataram Islam
1.
Gerbang Makam Kotagede
Inilah gerbang masuk makam Kotagede, di sini nampak
perpaduan unsur bangunan Hindu dan Islam.
2.
Masjid Makam Kotagede
Sebagai kerajaan Islam, Mataram memiliki banyak
peninggalan masjid kuno, inilah masjid di komplek makam Kotagede yang
bangunannya bercorak Jawa. Berjalan 100 meter ke arah selatan dari Pasar
Kotagede, kita dapat menemukan kompleks makam para pendiri kerajaan Mataram
Islam yang dikelilingi tembok yang tinggi dan kokoh. Gapura ke kompleks makam
ini memiliki ciri arsitektur Hindu. Setiap gapura memiliki pintu kayu yang
tebal dan dihiasi ukiran yang indah. Beberapa abdi dalem berbusana adat Jawa
menjaga kompleks ini 24 jam sehari.
3.
Bangsal duda
Di sinilah tempat peziarah mendapatkan informasi
dari jurukunci makam yang berasal dari Kraton Surakarta dan Kraton Yogyakarta.
Di tempat ini jugalah peziarah menanggalkan pakaiannya untuk berganti pakaian
peranakan jika hendak memasuki komplek makam.
4.
Kalang Obong
Upacara tradisional kematian orang Kalang, upacara
ini seperti Ngaben di Bali, tetapi kalau upacara Kalang Obong ini bukan
mayatnya yang dibakar melainkan pakaian dan barang-barang peninggalannya.
5. Pasar
Kotagede
Tata kota kerajaan Jawa biasanya menempatkan kraton, alun-alun dan pasar
dalam poros selatan - utara. Kitab Nagarakertagama yang ditulis pada masa
Kerajaan Majapahit (abad ke-14) menyebutkan bahwa pola ini sudah digunakan pada
masa itu. Pasar tradisional yang sudah ada sejak jaman Panembahan Senopati masih
aktif hingga kini. Setiap pagi legi dalam kalender Jawa, penjual, pembeli, dan
barang dagangan tumpah ruah di pasar ini.
6. Masjid Agung Negara
Masjid ini dibangun oleh PB III
tahun 1763 dan selesai pada tahun 1768.
BAB III
PENUTUP
2.9
Kesimpulan
Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pusat kerajaan ini terletak di
sebelah tenggara kota Yogyakarta, yakni di Kotagede, namun beberapa kali pusat
kerajaan pernah di pindahkan ke beberapa tempat karena sebuah sebab oleh
raja-raja yang dulu memimpin di kerajaan tersebut . awal berdirinya yaitu
setelah kerajaan Demak runtuh, dan kerajaan Pajanglah satu-satu kerajaan di
Jawa Tengah .
Arya
Panangsang sebagai keturunan kerajaan Demak dianggap musuh yang kuat sehingga
raja Pajang mengadakan sayembara untuk membunuhnya, tapi yang sanggup
membunuhnya adalah Danang Sutawijaya anak dari Ki ageng pamenahan dan anak
angkat dari raja Pajang . namun Ki Ageng Pemanahan dan Ki Penjawi mengatakan
bahwa merekalah yang mengalahkan Arya Panangsang . dan hadiahnya adalah
Tanah hutan mentaok diberikan kepada Ki Ageng
Pemanahan ( dan di ubah menjadi kerajaan Mataram) dan tanah di pati diberikan
kepada Ki Penjawi .
Kerajan Mataram mengalami masa kejayaan dan
keruntuhan. Keruntuhannya akibat raja-raja yang kurang cakap dan akibat dari
perjanjian giyanti dan salatiga yng dilakukan oleh raja-raja Mataram dengan VOC
. dan ada juga banyak pennggalan kerajaan Mataram yang bisa kita lihat sampai
sekarang sebagai bukti kejayaan kerajaan Mataram dahulu .
Daftar
pustaka :
Sumber :
di
unduh tanggal 23 Pebruari 2017
di unduh tanggal 23 Pebruari 2017
di unduh
tanggal 23 Pebruari 2017
//www.markijar.com/2015/05/kerajaan-mataram-islam-kesultanan.html
di unduh
tanggal 23 Pebruari 2017
di unduh
tanggal 05 Maret 2017
Catatan :
Pertanyaan :
3.0 LEMBAR
KONSULTASI
NO
|
Tanggal
|
Bahan Konsultasi
|
Hasil konsultasi
|
TTD Guru
|
1.
|
||||
2.
|
||||
3.
|
||||
4.
|
||||
5.
|
||||
6.
|
Harrah's Cherokee Casino & Hotel - MapYRO
BalasHapusFind your way around the casino, find where everything is ventureberg.com/ located with the most up-to-date information about Harrah's Cherokee 1xbet 먹튀 Casino 출장안마 & Hotel https://septcasino.com/review/merit-casino/ in https://tricktactoe.com/ Cherokee, NC.